PELAJARAN BERHARGA
Pernah
kah kita berfikir sudahkah kita berbuat jujur dalam kehidupan kita sehari-hari?
Entah apapun itu
yang kita lakukan, kecil maupun besar, mungkin saja nilai-nilai kejujuran masih
belum sepenuhnya kita terapkan. Hal kecil seperti berbohong demi terlihat baik
dimata orang lain, atau bahkan membuat berbagai alasan-alasan tertentu hanya
untuk menghindari sesuatu yang tidak kita inginkan. Padahal dari kecil kita
selalu diajarkan untuk selalu berbuat jujur, baik dalam perkataan maupun perilaku.
Entahlah, apa yang membuat manusia selalu luput dari pelajaran berharga ini.
Masih
terbesit dalam ingatan ketika Aku dan Ibuku sedang makan di salah satu tempat
rumah makan di Jogja, tiba-tiba datang seorang anak kecil berumur kurang lebih
10 tahun, berpakaian rapih dan membawa tas ransel di pundaknya menghampiri
kami. Awalnya saya kira si adik hanya ingin menyapa kami, namun ternyata dia
menawarkan dagangannya. Dagangannya? Seorang anak kecil polos yang seharusnya
diumur seperti itu menikmati masa kanak-kanaknya bukan? Sunggu tak habis pikir
aku dibuatnya. Namun, ini nyata, benar adanya, si adik membawa sejumlah kerupuk
yang tersimpan rapih dibalik ranselnya itu, “berapa harga nya dek?” Tanya ibu memecah
keheningan lamunanku. “Satu nya tiga ribu”, jawabnya singkat dengan suara agak
pelan namun masih terdengar cukup jelas. Sesuatu yang wajar jika ada yang mengalami
hal seperti ini pasti di dalam hatinya akan terbesit rasa iba dan perasaan
ingin membantu dan menolong, Itulah yang kami rasakan kala itu. Kemudian ibuku
mengeluarkan selembar uang nominal yang cukup besar jika dibandingkan dengan harga
satu buah kerupuk itu, niatnya sih, si adik mau menerimanya dan tidak usah
memberikan kembaliannya. Namun, hal mengejutkan terjadi, ternyata adiknya
menolak pemberian uang itu. Walau sudah dijelaskan bahwa ini uangnya ikhlas kok
buat adek, adik ambil saja uangnya gapapa, Tapi balasannya tetap sama, “nggak
bu, nggak mau bu, uang pas saja”.
Hmm…
Seketika aku pun terkejut dibuatnya, Selama ini yang aku pernah alami, ketika
kita memberikan uang lebih tanpa meminta kembalian, pasti balasan yang diterima
adalah ucapan terima kasih dan diikuti perasaan senang yang luar biasa. Tapi
berbeda dengan adik kecil ini, dia malah tidak tertarik sama sekali dengan
sejumlah uang lebih yang diberikan atas hasil jualannya itu. Adik ini berbeda,
walaupun umurnya yang masih kecil, dia berhasil menununjukkan eksistensi harga
diri nya sebagai seorang pedagang yang sedang bertransaksi dengan pembeli,
seolah-olah kita dibuatnya membeli barang dagangannya bukan dari segi perasaan
iba, kasian, atau ketidakbutuhan atas barang jualannya. Sekali-kali tidak, adik
ini menunjukkan kualitas kejujuran yang ada pada dirinya, suatu kejujuran dalam
diri yang sekarang sulit sekali ditemukan oleh banyak orang dimanapun,
Kejujuran dalam bertransaki, tidak lebih tidak kurang, apa yang kita beli, kita
sepakati harganya sesuai dengan yang di tawarkan, tidak boleh lebih, tidak
kurang. Jika lebih seolah-olah seperti kita tidak menghargai barang dagangannya,
hanya perasaan iba terhadap penjualnya, bukan tertuju terhadap barang, padahal
fokus antar penjual-pembeli adalah barang/jasa yang ditawarkan bukan? Adik ini
sekali lagi berhasil membuat dirinya sebagai seorang penjual yang berhasil
membuat pembeli nya mengesampingkan perasaan kasihan, iba terhadap dirinya,
melainkan fokus terhadap kerupuk yang jadi objek jualannya itu.
Luar
biasa!!!, dua kata yang mewakili perasaan saya ketika itu terhadap adiknya.
Dibalik sosok adik ini, aku tahu betul, pasti ada sosok-sosok yang menjadi
panutan dan yang mengajarkannya hal seperti ini, Entah siapapun itu orang
tuanya, pamanya, kakek/neneknya, mereka berhasil mengajarkan sebuah Pelajaran
Berharga, bukan hanya kepada adik tadi saja, tapi kepada semua orang yang ditemuinya,
termasuk saat ini adalah Saya sendiri. Pelajaran bahwa kita tidak boleh menilai
seseorang sebelah mata, semua orang adalah sama, yang membedakan hanyalah amal
kita kepadaNya, selebihnya hubungan antar manusia adalah sama tidak ada
bedanya, dan pelajaran bahwa kita harus lebih bersyukur atas nikmat yang begitu
banyak kita dapatkan sampai saat ini, dipertemukan dengan orang-orang baik,
yang penuh dengan motivasi, inspirasi dan harapan. Banyak sekali orang diluar
sana yang tidak seberuntung kita, namun mereka tetap tegar, tetap memiliki
harga diri dengan tidak meminta-minta, tetap berusaha, dan tetap jujur serta
bertawakal kepada Allah bahwa rezeki setiap hambanya sudahlah diatur, tidak
akan tertukar, tidak akan bertambah maupun berkurang, semuanya sudah pas, dan
tinggal menunggu waktunya kapan kita akan mendapatkan rezeki kita masing-masing
itu dengn cara yang tidak akan kita sangka-sangka.
Singkat cerita, kami pun akhirnya membeli
dagangan adik itu sesuai dengan harganya, tidak lebih tidak kurang, bukanlah
karena tidak ingin memberi, tapi karena adik itu tetap mempertahankan
prinsipnya, tidak ingin menerima lebih, yang pas saja. Kami menghargai
prinsipnya, prinsip yang harusnya dimiliki oleh orang-orang dewasa diluar sana.
Walau begitu, tetaplah terselip dalam doa kami semoga Adik kecil ini dilariskan
daganganya, dimudahkan rezekinya, dan bisa menjadi motivasi serta inspirasi buat
orang lain yang ditemuinya. Aamiin.
Yogyakarta, 28 Juli 2018
*Note: Gambar diambil waktu KKN, Agustus 2016